Lorong Kamar 307
Lorong Kamar 307
Judul: “Lorong Kamar 307”
Malam itu hujan turun deras, membasahi aspal jalanan kota yang lengang. Andre baru saja sampai di sebuah hotel tua di pinggiran kota. Ia sedang melakukan perjalanan bisnis dan memutuskan menginap semalam di hotel yang katanya murah dan tenang.
Di meja resepsionis, seorang wanita tua dengan senyum dingin menyodorkan kunci kamar.
“Kamar 307, lantai tiga. Tapi…”
Ia berhenti sejenak.
“Kalau mendengar sesuatu dari lorong malam-malam, abaikan saja. Jangan keluar kamar.”
Andre tertawa kecil, mengira itu hanya lelucon iseng. Ia mengambil kunci dan naik ke kamarnya.
Kamar 307 tampak biasa saja, agak berdebu tapi cukup nyaman. Andre mandi, lalu merebahkan diri di tempat tidur sambil mendengarkan suara hujan yang menenangkan. Namun, sekitar pukul 01.30 dini hari, suara lain terdengar.
"Tok... tok... tok..."
Ketukan pelan terdengar dari lorong, seperti seseorang mengetuk pintu kamar demi kamar. Semakin lama, suara itu semakin dekat.
Tok... tok... tok...
(kamar 305)
Tok... tok... tok...
(kamar 306)
Tok... tok... tok...
(kamar 307...)
Ketukan itu berhenti tepat di depan kamarnya. Andre menahan napas. Ia teringat ucapan wanita di resepsionis. Tapi rasa penasaran mengalahkan rasa takutnya. Ia berjalan pelan ke arah pintu dan mengintip melalui lubang intip.
Tidak ada siapa-siapa.
Namun saat Andre berbalik...
“KAMAR INI SUDAH DIISI!”
Suara bisikan yang dalam dan parau terdengar dari balik punggungnya. Andre menoleh cepat—tidak ada siapa-siapa.
Lampu kamar tiba-tiba berkedip-kedip. Udara menjadi sangat dingin. Televisi menyala sendiri, memperlihatkan layar hitam dengan bayangan siluet seseorang berdiri menatap ke arah kamera... menatap ke arah Andre.
Saat Andre berlari ke pintu untuk keluar, ia tidak bisa membukanya. Gagang pintu beku, seperti es. Ketika ia menoleh ke arah tempat tidur, sosok wanita berpakaian putih dengan rambut panjang menutupi wajah sedang duduk di atasnya.
"Kau... sudah... menempati... tempatku."
Andre menjerit.
Keesokan paginya, kamar 307 kosong. Tidak ada tanda-tanda seseorang pernah menginap di sana. Pihak hotel hanya mengangkat bahu.
“Sudah saya bilang, jangan keluar kamar.”
Komentar
Posting Komentar