Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2025

Hujan yang Membawa Nama

Gambar
 Hujan yang Membawa Nama Prolog Hujan turun lagi malam ini. Butirannya jatuh dari langit, menari di genteng, menetes di kaca jendela, dan mengetuk memoriku yang sudah lama berkarat. Bagi sebagian orang, hujan hanyalah air. Tapi bagiku, hujan selalu membawa nama. Nama itu… Aruna. Bab 1: Pertemuan di Bawah Payung Halte bus sore itu penuh sesak. Orang-orang berdesakan, menunggu hujan reda. Aku berdiri di ujung, memegang payung yang masih terlipat. Di sudut halte, seorang gadis duduk sambil menutupi kepalanya dengan buku tipis. Rambutnya basah, menempel di pipi. Wajahnya pucat, tapi ada sesuatu yang membuatku tak bisa mengalihkan pandangan. Aku ragu beberapa detik, lalu melangkah mendekat. “Kalau kamu nggak keberatan, kita bisa berbagi payung.” Gadis itu mengangkat wajah. Matanya bening, seakan menampung sisa-sisa hujan. Ia tersenyum kecil. “Terima kasih. Namaku Aruna.” Sejak hari itu, hujan tak pernah lagi terasa sepi. Bab 2: Rahasia di Balik Gerimis Kami sering bertem...

Mentality: The War Inside

Gambar
 Mentality: The War Inside Bab 1 – Bayangan Pertama Langit sore itu seperti cat air yang dicampur terlalu banyak putih—pucat, nyaris hambar. Arka berjalan pelan di trotoar, menunduk, menendang batu kecil yang menggelinding di depannya. Tas ransel yang membebani punggungnya terasa lebih berat dari biasanya. Bukan karena buku atau laptop di dalamnya, tapi karena pikiran-pikiran yang menumpuk. "Kalau begini terus, kamu nggak akan lulus tepat waktu." Kalimat dosennya tadi siang terus memantul di kepalanya. Ulang. Ulang. Ulang. Ia mengembuskan napas panjang, berharap udara sore bisa membersihkan pikirannya. Tapi justru ada sesuatu yang aneh. Sejak beberapa hari terakhir, ia merasa... diikuti. Arka berhenti di persimpangan kecil yang sepi. Matanya menyapu kanan-kiri, memastikan tak ada orang lain. Namun, bulu kuduknya tetap berdiri. Dari bayangan panjang tubuhnya di aspal, ia melihat sesuatu yang tak seharusnya ada. Bayangan itu punya sayap. Ia memutar tubuhnya pelan. D...

Lilin di Kota Tanpa Malam

Gambar
 Lilin di Kota Tanpa Malam Bab 1 – Kota Tanpa Malam Namaku Aira. Usia 17 tahun. Dan aku lahir di Nivora—kota yang tidak mengenal malam. Di sini, matahari tidak pernah tenggelam. Cahaya emas selalu menggantung di langit seperti janji yang tidak pernah dilanggar. Tidak ada senja, tidak ada fajar, hanya terang yang sama setiap saat. Orang bilang ini membuat kami tak kenal lelah, selalu bekerja, selalu bergerak. Tapi kadang, di tengah semua terang ini… rasanya aku butuh alasan untuk menutup mata. Aku menjaga toko lilin keluargaku. Ironis, karena lilin di Nivora tak pernah dipakai untuk penerangan. Fungsinya hanya hiasan—bentuk-bentuk lucu untuk pesta atau upacara resmi. Hingga suatu “jam redup” (istilah untuk waktu ketika cahaya sedikit melembut), pintu toko berderit. Seorang pria berjubah abu-abu masuk. Wajahnya tertutup tudung. Tangannya kurus, seperti tulang dibungkus kulit. Ia menaruh sebuah lilin hitam di meja. “Untukmu,” katanya pelan. “Tidak ada orang membeli lilin hitam...

Hujan di Ujung Senja

Gambar
  Hujan di Ujung Senja Episode 1 — Janji yang Tak Sempat Kuterima Hujan sore itu turun tanpa isyarat. Seolah langit pun ikut menangis bersamaku. Aku berdiri di depan pintu rumah sakit, menggenggam ponsel yang layarnya sudah mati. Sejak pagi, aku menunggu satu pesan darimu—pesan yang kamu bilang akan mengubah segalanya. Tapi yang datang justru kabar lain. Kabar yang membuat dadaku hancur seketika. "Dia… sudah pergi." Orang-orang berlarian mencari tempat berteduh. Aku masih di sini, terpaku. Tak tahu harus melangkah ke mana. Aku ingin berlari masuk, tapi kakiku membeku. Di kepalaku, hanya terulang percakapan terakhir kita. "Tunggu aku sampai jam lima, ya. Aku mau ngomong sesuatu penting." "Oke. Jangan lama-lama." "Nggak akan." Jam di pergelangan tanganku menunjukkan pukul 17.07. Tujuh menit terlambat. Tujuh menit yang merenggut seluruh hidupku. Aku akhirnya melangkah masuk. Bau antiseptik bercampur udara dingin menyambutku. Di ujung...

Sekolah Bayangan

Gambar
 Sekolah Bayangan Ringkasan Raka, siswa pindahan yang selalu gagal berteman, mendapat undangan masuk ke Sekolah Bayangan —sebuah sekolah malam yang hanya bisa diakses lewat pintu tersembunyi di perpustakaan. Di sana, semua murid punya rahasia besar yang tak boleh dibocorkan di dunia nyata. Namun, saat rahasia itu mulai terbongkar satu per satu, Raka sadar... ia sendiri mungkin bukan manusia biasa. Episode 1: "Undangan di Loker" “Kalau kamu ingin tahu kebenaran, datanglah ke perpustakaan jam 11 malam. Jangan ajak siapa-siapa.” Surat itu jatuh dari buku matematika Raka. Tidak ada pengirim, hanya tulisan tangan rapi dan tanda berbentuk bulan sabit di sudut kertas. Awalnya Raka mengira ini prank anak nakal. Tapi sejak pindah ke SMA Harapan Jaya seminggu lalu, ia merasa sekolah ini punya... suasana yang aneh. Lorong belakang gedung B selalu berkabut setiap sore. Beberapa murid terlihat berbicara dengan udara kosong, lalu buru-buru menunduk ketika dia lewat. Malam itu, deng...

Hati yang Tak Terlihat

Gambar
 Hati yang Tak Terlihat Sinopsis Arini selalu percaya bahwa cinta yang tulus akan menemukan jalannya. Namun, bagi dunia, ia hanyalah wanita bodoh yang terlalu banyak memberi tanpa pernah diminta. Ia mencintai sepenuh hati, mengorbankan segalanya, tetapi matanya hanya melihat satu orang—Pradana. Sayangnya, pandangan Pradana tak pernah kembali padanya. Ia menatap jauh, melewati Arini, seolah ia tak pernah ada. Di antara rasa sakit yang tak terlihat, Arini belajar bahwa cinta tak selalu tentang memiliki… tetapi tentang bertahan, meski dunia menyebutmu bodoh. Episode 1: Senyum yang Tak Pernah Sampai Hujan sore itu turun pelan, mengetuk jendela kafe kecil di sudut kota. Arini duduk di kursi dekat kaca, menunggu. Selalu menunggu. Ia tahu, Pradana mungkin tak akan datang tepat waktu. Ia juga tahu, bahkan jika pria itu muncul, matanya akan sibuk mencari orang lain. Tapi, entah kenapa, Arini tetap menunggu. Hatinya, seperti seorang pengembara yang menolak pulang meski tahu jalan pu...