Hujan yang Membawa Nama

Hujan yang Membawa Nama Prolog Hujan turun lagi malam ini. Butirannya jatuh dari langit, menari di genteng, menetes di kaca jendela, dan mengetuk memoriku yang sudah lama berkarat. Bagi sebagian orang, hujan hanyalah air. Tapi bagiku, hujan selalu membawa nama. Nama itu… Aruna. Bab 1: Pertemuan di Bawah Payung Halte bus sore itu penuh sesak. Orang-orang berdesakan, menunggu hujan reda. Aku berdiri di ujung, memegang payung yang masih terlipat. Di sudut halte, seorang gadis duduk sambil menutupi kepalanya dengan buku tipis. Rambutnya basah, menempel di pipi. Wajahnya pucat, tapi ada sesuatu yang membuatku tak bisa mengalihkan pandangan. Aku ragu beberapa detik, lalu melangkah mendekat. “Kalau kamu nggak keberatan, kita bisa berbagi payung.” Gadis itu mengangkat wajah. Matanya bening, seakan menampung sisa-sisa hujan. Ia tersenyum kecil. “Terima kasih. Namaku Aruna.” Sejak hari itu, hujan tak pernah lagi terasa sepi. Bab 2: Rahasia di Balik Gerimis Kami sering bertem...