Jejak di Hutan Larung

 



Judul: Jejak di Hutan Larung

Pagi itu, embun masih menggantung di ujung daun ketika Arka mengikat tali sepatunya. Ia berdiri di tepian Hutan Larung, hutan yang dikenal angker oleh warga desa. Tapi bagi Arka, rasa ingin tahu lebih besar dari rasa takut. Ia mencari jejak sang ayah, seorang penjelajah yang hilang lima tahun lalu tanpa kabar.

Arka membawa peta tua, kompas, dan kalung pusaka ayahnya yang ditemukan tergantung di gerbang hutan. Setiap langkahnya menyusuri semak dan pohon tinggi disambut suara alam: burung, desiran angin, dan sesekali suara aneh seperti bisikan.

Di tengah hutan, ia menemukan sebuah pohon raksasa berlumut. Di bawahnya ada simbol aneh yang sama seperti di kalungnya. Saat Arka menyentuhkan kalung itu ke ukiran, tanah bergetar pelan, dan sebuah celah terbuka di akar pohon.

Dengan hati-hati, Arka masuk. Di dalamnya, ia menemukan ruang bawah tanah kuno penuh lukisan dinding dan peninggalan suku Larung yang telah punah. Salah satu lukisan menggambarkan sosok mirip ayahnya, berdiri bersama para tetua.

Sebelum sempat berpikir lebih jauh, suara dari balik dinding berkata, “Arka?”

Itu suara ayahnya.

Dengan mata berkaca-kaca, Arka menyusuri lorong menuju suara itu. Di ujungnya, ia menemukan sang ayah—tua, berjenggot, tetapi hidup. Ia terjebak dalam dunia tersembunyi yang menjaga rahasia hutan. Waktu berjalan berbeda di sana.

Ayah dan anak itu berpelukan erat. Kini, mereka tahu, petualangan belum berakhir—ini baru permulaan. Bersama, mereka harus keluar dan menjaga rahasia Hutan Larung dari tangan-tangan yang hanya ingin menghancurkannya.

Tamat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jam Tua di Loteng

Lorong Kamar 307

Cinta yang Tak Tersentuh