Langit Jingga di Ujung Senja ( CERPEN )
Langit Jingga di Ujung Senja
๐ Judul: Langit Jingga di Ujung Senja
✍️ Pena nama: domino88
๐ญ Genre: Romance, Slice of Life, Emosional
๐ Status: Cerita Pendek / One-shot
Sinopsis:
Di antara deru ombak dan langit senja yang perlahan meredup, Lira bertemu kembali dengan seseorang dari masa lalu—Arvan. Lima tahun lalu mereka berjanji akan saling menunggu. Tapi waktu tak pernah menunggu siapa pun.
Langit Jingga di Ujung Senja
Angin laut membelai lembut rambut Lira saat ia duduk di atas pasir, membiarkan matanya menatap ke arah cakrawala yang terbakar warna jingga. Pantai ini selalu menjadi tempat favoritnya. Tempat di mana ia dan Arvan dulu sering menghabiskan waktu, tertawa, bertengkar, bahkan berjanji.
“Kalau lima tahun lagi kita masih sendiri, kita nikah ya?”
Suara Arvan lima tahun lalu masih membekas jelas di telinganya.
Dan hari ini… adalah lima tahun sejak janji itu diucapkan.
Lira tertawa kecil. “Konyol banget janji itu…”
“Konyol, tapi kamu tetap datang ke sini, ya?”
Suaranya—sangat familiar, sangat nyata.
Lira membeku. Perlahan ia menoleh.
Arvan berdiri di sana, mengenakan jaket denim yang masih sama seperti terakhir kali ia melihatnya. Hanya saja kini ada kerutan tipis di sekitar matanya, dan tatapannya lebih dewasa. Tapi senyumnya… senyum itu masih milik Arvan yang dulu.
“Kamu beneran datang?”
Arvan mengangguk. “Aku selalu datang tiap tahun. Tapi kamu baru kali ini datang tepat di hari kelima.”
Lira menatapnya lekat-lekat. “Kenapa?”
“Karena aku tahu kamu gak akan datang kalau aku ada.”
Ia menghela napas, lalu duduk di sampingnya. “Tapi aku capek nungguin orang yang gak pernah benar-benar pergi dari pikiranku.”
Hening sejenak. Hanya debur ombak dan desir angin yang menjadi saksi.
Lira menggigit bibir. “Aku takut… kalau kita ketemu lagi, semua kenangan itu bakal menyakitkan.”
Matanya mulai berkaca-kaca.
“Aku juga takut,” jawab Arvan pelan. “Tapi aku lebih takut kehilangan satu-satunya orang yang pernah aku janjiin masa depan.”
Seketika, mata Lira basah oleh air mata yang sudah lama ia tahan.
Arvan meraih tangannya, menggenggam erat seolah tak akan pernah melepas lagi.
“Kalau masih boleh,” ujarnya, “aku ingin janji itu tetap berlaku. Tapi bukan karena kita sama-sama sendiri. Tapi karena kita… sama-sama saling.”
Langit semakin jingga. Hari semakin gelap. Tapi hati Lira… terasa lebih terang dari sebelumnya.
๐ Ending Note:
Kadang, cinta bukan tentang siapa yang paling cepat datang. Tapi siapa yang tetap bertahan, bahkan ketika waktu mencoba memisahkan.
Komentar
Posting Komentar